Tugas V
Masyarakat Ekonomi ASEAN atau yang sering kita
dengar dengan istilah MEA atau AFTA adalah bentuk integrasi ekonomi ASEAN dalam
artian adanya sistem perdagangan bebas antara negara-negara yang tergabung
dalam ASEAN. Indonesia dan sembilan negara lainnya telah menyepakati perjanjian
MEA dengan tujuan untuk megubah ASEAN menjadi daerah dengan perdagangan bebas
barang, jasa, investasi, tenaga kerja terampil, dan aliran modal yang lebih
bebas.
Masyarakat
Ekonomi ASEAN (MEA) akan membentuk ASEAN sebagai pasar dan basis produksi
tunggal membuat ASEAN lebih dinamis dan kompetitif dengan mekanisme dan
langkah-langkah untuk memperkuat pelaksanaan baru yang ada inisiatif ekonomi;
mempercepat integrasi regional di sektor-sektor prioritas; memfalitasi
pergerakan bisnis, tenaga kerja terampil dan bakat; dan memperkuat kelembagaan
mekasnisme ASEAN.
Asean Free Trade Area (AFTA)
2015 dan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sudah di depan mata. Banyak peluang dan
tantangan yang akan dihadapi Indonesia menjelang AFTA dan MEA. Era perdagangan
kawasan ASEAN (AFTA) yang bakal berlangsung mulai 2015, menjadi tantangan
serius bagi perusahaan dalam mengoptimalisasi sumber daya, kinerja, sistem
manajemen, dan teknologi informasi.
Para pemimpin negara-negara ASEAN telah sepakat untuk
mentransformasi wilayah ASEAN menjadi kawasan bebas aliran barang, jasa,
investasi, permodalan, dan tenaga kerja. MEA menggambarkan adanya
perekonomian yang mengglobal di antara negara-negara ASEAN dan
MEA dimaksudkan untuk meningkatkan daya saing ekonomi di kawasan regional
ASEAN.
Sedangkan AFTA, sejatinya merupakan kesepakatan diantara
negara-negara ASEAN untuk membentuk kawasan bebas perdagangan. Tujuan utamanya
untuk meningkatkan daya saing ekonomi dan bisnis ASEAN di kancah dunia.
Harapannya, jika AFTA sukses, negara-negara ASEAN bisa menjadi basis produksi
dunia, seperti Cina. Coba cek koleksi barang elektronik anda di rumah. Berapa
banyak yang berlabel ‘Made in China’?
Dengan adanya kebijakan perdagangan bebas AFTA ini, nantinya
tidak akan ada hambatan tarif (bea masuk 0-5%), ataupun hambatan non-tarif
untuk negara anggota ASEAN. Skema Common Effective Preferential Tariffs For
ASEAN Free Trade Area (CEPT-AFTA) merupakan suatu skema untuk mewujudkan
AFTA melalui penurunan tarif hingga menjadi 0-5%, penghapusan pembatasan
kuantitatif dan hambatan-hambatan non tarif lainnya.
Perkembangan terakhir terkait dengan AFTA adalah adanya
kesepakatan untuk menghapuskan semua bea masuk impor barang bagi Brunai
Darussalam pada tahun 2010, Indonesia, Malaysia, Philippines, Singapura dan
Thailand, dan bagi Cambodia, Laos, Myanmar dan Vietnam pada tahun 2015. Dengan
adanya kebijakan-kebijakan terkait AFTA, tentu akan menyusul tantangan serta
peluang yang akan dihadapi negara Indonesia, khususnya di sisi bisnis dan
ekonomi. Pertanyaannya, siapkah kita?
Terkait dengan MEA yang harus
dihadapi Indonesia, menurut saya, sebagai generasi muda, saya pikir being a
job creator justru lebih mulia. Ingat ada istilah “yang muda yang
dipercaya”. Secara eksplisit ini menegaskan bahwa terbuka peluang yang luas
bagi kawula muda untuk berkarya, untuk menjadi pemberi solusi, untuk menjadi
penerang. Dan untuk itu kita harus menjadi seorang creator. Butuh kreatifitas
dan keberanian.
Menjadi job creator tidak sulit, meski tidak pula
dibilang mudah. Kita dihadapkan pada tantangan untuk sukses dan gagal yang
pointnya sama, yakni 50:50. Tapi dengan perhitungan dan analisa yang tepat
justru bisa dibuat menjadi 99 : 1. Semuanya kembali kepada personalnya dan
seberapa matang dirinya dalam membuat analisa atas rencananya. Ini sangat
mungkin terjadi dengan berbekal ilmu secara teori serta tidak segan untuk
belajar dari pengalaman para pendahulu.
Next, menjadi job creator berarti mengurangi
pengangguran karena kita dapat membuka peluang kerja bagi orang lain. So, satu
langkah justru bisa menjadi berkah bagi banyak pihak.
Terlepas dari beberapa hal diatas, pasti banyak orang yang
bertanya-tanya apa sih kelebihan dan kekurangan menjadi seorang job creator
dibanding job seeker. Setiap apa yang kita pilih untuk hidup kita pasti selalu
terdapat kelebihan dan kekurangan, dalam hal ini kelebihan dan kekurangannya
adalah :
a.
Waktu yang kita miliki menjadi lebih banyak
Waktu yang kita miliki pasti akan
lebih fleksibel dibanding menjadi seorang job seeker yang setiap harinya selalu
terikat dengan waktu.
b.
Mempunyai pendapatan sendiri
Berbeda dengan job seeker, mereka
menghasilkan uang dengan bekerja dan di gaji sesuai dengan kesepakatan, tidak
seperti job creator yang bisa mendapatkan uang yang banyak atau sedikitnya
tergantung usaha dari dirinya sendiri.
c.
Membuka lapangan pekerjaan baru
Dalam hal ini job creator dapat membuka
lapangan pekerjaan baru yang sangat bermanfaat untuk semua orang.
d.
Ilmu dan wawasan semakin luas
Tak hanya rekanan saja yang
bertambah, ilmu pengetahuan dan wawasan akan terus berkembang. Misalnya ilmu
dan wawasan seputar perkembangan bisnis,ekeonomi dan sosial. Hal ini juga
bisa didapatkan dari rekanan/client yang sering kita temui.
e.
Memperluas usaha dengan mempunyai banyak rekan
Dengan menjadi job creator,
sehari-harinya kita akan bertemu dengan banyak orang, dan bisa saja salah satu
dari beberapa orang yang sering kita temui dapat menjadi Partner bisnis yang
menguntungkan untuk memperluas usaha yang kita dirikan.
f.
Dapat menyalurkan hobby melalui pekerjaan
Hal ini akan menjadi nilai tambah
bagi seorang job creator. Karena kita dapat menyalurkan hobby atau bakat yang
kita punya untuk menghasilkan barang atau jasa yang bermanfaat bagi banyak
orang.
Sedangkan untuk kekurangannya adalah :
a.
Pendapatan yang diterima tidak pasti
b.
Bekerja dengan waktu yang panjang
Tentu seorang job creator ingin
selalu mengembangkan usahanya, namun kadangkala proses ini sangat memakan
banyak waktu dan dituntut untuk bekerja keras.
c.
Modal yang pas-pasan
Seorang job creator baru – baru
untuk memulai usaha pasti dengan modal yang sangat minim, karena pada dasarnya
ia baru mencoba sesuatu hal yang baru. Hal ini akan berdampak positif dan
negatif, positifnya jika ia dapat menggunakan modal dengan sebaik-baiknya maka
ia akan mendapatkan tambahan modal serta dapat menambah aset dalam menjalankan
usahanya, sedangkan negatifnya jika ia tidak dapat memanfaatkannya dengan baik,
alhasil modal yang ia keluarkan akan menjadi sia-sia dan terbuang dengan
percuma.
d.
Tanggung jawab serta resiko yang besar
Hal ini mungkin sudah biasa bagi
seorang job creator. Kelangsungan usaha yang dimilikinya tergantung dari
kemampuan pemilik usaha. Jika ia dapat meminimalisir semua hambatan dan dapat
menggeser resiko, otomatis resiko yang ia hadapi akan semakin kecil.
e.
Banyaknya beban pikiran
Seorang job creator sama seperti
yang lainnya ia hanyalah seorang manusia, beban yang ia pikul bukan hanya
kehidupan sehari-harinya namun juga dengan usaha yang ia dirikan. Dalam hal ini
apabila seorang job creator merasa tidak mampu menyelesaikan masalahnya maka
yang di lakukan adalah harus bisa mengkonsultasikan masalah bisnisnya pada
rekan bisnis yang lebih senior atau jasa konsultan bisnis. Agar problem yang di
hadapi segera teratasi.
Meskipun demikian, sebenarnya menjadi seorang job creator
maupun job seeker adalah keinginan dari individual masing-masing. Hal ini pada
dasarnya sangat berpengaruh juga terhadap kemampuan dan hati nurani mereka
masing-masing. Jika ia lebih suka dengan membuat usaha sendiri atau lebih memilih
bekerja sebagai seorang pegawai di sebuah entitas itupun tidak masalah.
Yang terpenting bagaimana ia bisa mengatur apa yang ia
kerjakan. Karena setiap apa yang kita pilih akan menentukan bagaimana nasib
kita dimasa yang akan datang, maka dari itu harus dipikirkan secara
matang-matang agar jalan yang kita ambil tidak salah dan menyesatkan diri
sendiri. Percaya pada hati bahwa apa yang kita lakukan itu benar dan tidak
merugikan orang lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar